Minggu, 25 Agustus 2013

kerajaan Inderapura


kerajaan Inderapura adalah sebuah kerajaan yang terletak di distrik South Coast, Provinsi Sumatera Barat sekarang, berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi. Secara resmi kerajaan dulunya bawahan (vazal) Pagaruyung kerajaan. Meskipun dalam prakteknya kerajaan ini independen dan bebas untuk mengatur urusan dalam dan luar negerinya.Kerajaan ini dalam masa kejayaan seluas mulai dari pantai barat Sumatera Padang Hurai Sungai di utara ke selatan.Produk yang paling penting adalah Inderapura lada, dan juga emas.

Peta Kerajaan Inderapura


KebangkitanInderapura dikenal juga sebagai Ujung Pagaruyung. Pagaruyung selama pemerintahan abad ke-15, beberapa daerah pesisir Minangkabau lainnya, seperti Inderagiri, Jambi, dan Inderapura tersisa untuk mengurus dirinya sendiri.Namun, perkembangan baru Inderapura benar-benar dimulai ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511.Perdagangan mengalir melalui Selat Malaka yang sebagian besar telah beralih ke pantai barat Sumatera dan Selat Sunda. Pengembangan dan perluasan Inderapura terutama didukung oleh lada.Kapan tepatnya Inderapura mencapai status negara merdeka tidak diketahui dengan pasti. Namun diharapkan, ini bertepatan dengan munculnya perdagangan lada di wilayah tersebut. Pada pertengahan abad ke-XVI mendorong penanaman upaya lada Inderapura mencapai Silebar batas selatan (sekarang di provinsi Bengkulu). Pada saat ini Inderapura persahabatan dengan Banten dan Aceh.Ketika Kesultanan diperluas ke wilayah Pariaman. Inderapura menghentikan ekspansi untuk berteman dengan Aceh melalui ikatan perkawinan antara Raja Dewi, putri Sultan Shah Munawar Inderapura, dengan Firman Sultan Shah, saudara raja saat Aceh, Sultan Ri'ayat Ali Shah (1568-1575) Melalui hubungan pernikahan dan kekuatan ekonomi Inderapura punya pengaruh besar di Kotaraja (Banda Aceh), bahkan komandan Inderapura disebut-sebut bersekongkol dalam pembunuhan putra Sultan Ali Shah Ri'ayat, sehingga membuka jalan bagi suami Raja Dewi menaiki tahta sebagai Sultan Sri Alam tahun 1576. Meskipun pemerintahannya hanya berlangsung tiga tahun sebelum terlempar dari tahtanya karena ketidaksetujuan dengan para ulama di Aceh.Namun, efeknya bertahan Inderapura di Kesultanan Aceh, dari 1586 sampai 1588 yang masih berkaitan dengan raja dewi, memerintah dengan gelar Sultan Ali Shah II atau Sultan Ri'ayat Buyong, sebelum dibunuh oleh intrik ulama Aceh .

 
EkonomiBerdasarkan laporan dari Belanda, tahun 1616 Inderapura digambarkan sebagai sebuah kerajaan makmur di bawah pemerintahan Raja Itam, dan sekitar 30.000 orang terlibat dalam komoditas pertanian dan perkebunan yang mengandalkan beras dan merica. Kemudian pada masa sekitar Raja Agung pada tahun 1624, VOC berhasil membuat janji dalam koleksi hasil pertanian secara langsung dimuat ke perahu tanpa harus terlebih dahulu berlabuh di pelabuhan, dan pelabuhan bebas dari bea cukai. Begitu juga pada masa Raja Puti, penggantian raja besar, Inderapura masih menerapkan pelabuhan bebas bea dalam meningkatkan perekonomian.Setelah ekspedisi penghukuman pada tahun 1633 oleh Kesultanan Aceh, sampai 1637 Inderapura masih belum mampu meningkatkan hasil pertanian mereka untuk mencapai hasil yang telah diperoleh pada periode sebelumnya.Dalam penurunan saat ini dalam pengaruh Aceh, Sultan Muzzaffar Shah mulai mengkonsolidasikan kekuasaan, yang diikuti oleh putranya Sultan Muhammad Shah naik tahta sekitar 1660 dan mulai membangun kembali hubungan diplomatik dengan Belanda dan Inggris.
PenguranganDi bawah Sultan Iskandar Muda, Aceh kesultanan saat berperang negara penghasil lada di Semenanjung Melayu, dan juga berusaha untuk memperkuat cengkeramannya atas monopoli lada dari pantai barat Sumatera. Kontrol yang ketat dari perwakilan Aceh (disebut sebagai panglima) di Tiku dan Pariaman dijual lada Inderapura perdagangan mengancam pelabuhan di utara. Oleh karena itu Inderapura mulai berkembang di bandar selatan, Silebar, yang biasanya digunakan untuk mengekspor lada lewat Banten.Inderapura juga berusaha untuk menghindari membayar pajak atas komandan Aceh. Ini memancing kemarahan penguasa Aceh yang mengirimkan armada pada tahun 1633 untuk menghukum Inderapura. Puti raja yang memerintah Inderapura ketika dieksekusi bersama dengan beberapa bangsawan lainnya, dan banyak orang dipenjara dan dibawa ke Kotaraja. Aceh menempatkan komandan di Inderapura dan Raja Malfarsyah diangkat menjadi raja setelah raja Puti.
Di bawah pengganti Iskandar Muda, Aceh Sultan Iskandar Thani kontrol melemah. Pada masa pemerintahan Ratu Tajul Alam Aceh dalam pengaruh Inderapura mulai digantikan Belanda (VOC). Dominasi VOC dimulai ketika Sultan Muhammad Shah meminta bantuan memadamkan pemberontakan di Inderapura Belanda pada 1662. Pemberontakan ini dipicu oleh tuntutan Raja Adil percaya bahwa mereka memiliki hak untuk tahta Inderapura berdasarkan sistem matrilineal. Akibatnya Inderapura Sultan terpaksa melarikan diri bersama dengan ayah dan saudara-saudaranya.Kemudian Sultan Mansur Shah, dikirim ke Batavia menandatangani perjanjian yang disepakati pada tahun 1663 dan memberikan VOC pembelian lada monopoli, dan pekerjaan tambang emas yang benar. Pada Oktober 1663 pemerintah Inderapura pulih, dan Sultan Raja Adil Inderapura mengakui sebagai wakil berkedudukan di Manjuto.Pada saat Sultan Muhammad Shah, Inderapura dikunjungi oleh pelaut Bugis, yang dipimpin oleh Daeng Maruppa yang kemudian menikah dengan adik Sultan Muhammad Shah, kemudian melahirkan gelar Sultan Daeng Mabela SEIAN, didasarkan pada catatan Inggris, Daeng Mabela di 1688 menjadi pasukan Bugis komandan EIC.Sultan Muhammad Shah digantikan oleh putranya Sultan Mansur Shah (1691-1696), benih-benih ketidakpuasan orang memerintah atas penerapan adat tinggi dan perdagangan monopoli dominasi VOC kembali muncul. Namun pada 1696 Sultan Mansur Shah meninggal dan digantikan oleh Raja Pesisir, yang baru berusia 6 tahun dan di bawah perwalian pemerintahan neneknya. Puncak Inderapura penyebab kehancuran perlawanan rakyat di VOC pasca Cingkuak Island, sebagai reaksi terhadap invasi Juni 6 Juni 1701 VOC membalas dengan mengirim tentara dan berhasil mengendalikan Inderapura.Inderapura akhirnya benar-benar runtuh pada 1792 ketika VOC garnisun di Air Haji menyerbu Inderapura karena pertengkaran dengan komandannya Inderapura Sultan, Sultan Inderapura kemudian melarikan diri ke Bengkulu dan meninggal di sana (1824).


PemerintahInderapura etimologis berasal dari bahasa Sansekerta, dan dapat berarti King City. Inderapura awalnya area garis pantai Minangkabau, wilayah pesisir di pantai barat pulau Sumatera. Sebagai daerah pantai, Inderapura dipimpin oleh seorang wakil yang ditunjuk dari Pagaruyung dan gelar Raja dan kemudian juga gelar Sultan. Inderapura Raja diidentifikasi sebagai putra Raja Alam Pagaruyung atau The kekuasaan.Wilayah

 
Pada akhir abad ketujuh belas Inderapura wilayah tengah, termasuk lembah sungai dan Batang Airhaji Inderapura, yang terdiri dari dua puluh koto. Koto masing-masing diperintah oleh seorang menteri, yang menjabat sebagai pangeran di wilayah Minangkabau lainnya. Sementara daerah Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai Negeri Empat belas Koto), dan Muko Muko-(Lima Koto), sistem pemerintahan tidak jauh berbeda.



Di sebelah utara, yang disebut Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) dipimpin oleh Rajo nan Ampek (4 orang yang memegang raja, Airhaji Raja, Raja Bungo Pos, Raja Kambang, Raja Palangai). Daerah ini adalah semacam konfederasi 10 daerah atau desa (tanah), yang juga masing-masing dipimpin oleh pangeran 10.Di wilayah selatan, dimana sistem pemerintahan yang terdiri dari desa-desa di bawah peroatin otoritas (kepala bertanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa di mulut sungai). Peroatin awalnya berjumlah 59 orang (sekitar satu peroatin nan enam puluh). Menteri Peroatin dan tunduk pada kekuasaan raja atau sultan.Pada akhir abad ketujuh belas peroatin masih menjabat sebagai kepala daerah. Tapi tugas menteri bergeser seiring dengan pelepasan Inderapura menjadi kerajaan terpisah dari Pagaruyung. Dua puluh menteri Koto di Inderapura bertindak sebagai penasihat kerajaan. Empat belas menteri yang bertanggung jawab atas Koto istana rumah tangga, sementara Lima Koto Menteri yang bertanggung jawab untuk pertahanan.Meskipun wilayah pada tahun 1691 di bawah Raja Sungai Adil, melarikan diri dari Inderapura dan menjadi kerajaan sendiri, yang awalnya didukung oleh Inggris. Tapi tidak lama dia meninggal dan digantikan oleh putranya gelar Sultan Gulemat (1691-1716). Sultan Gulemat tidak berhasil membuat daerah stabil dan kemudian juga kehilangan dukungan dari para menteri yang ada di wilayah tersebutKebangkitan Kesultanan InderapuraSetelah abad ke Kesultanan Inderapura seperti nama hidup, tidak ada sultan atau raja dinobatkan menduduki takhta.Berjaya di kerajaan alam pernah menguasai wilayah Minangkabau di sepanjang pantai barat Sumatera di masa lalu.Hari ini, 1 Desember 2012, tepatnya 101 tahun sujud istana kekaisaran sebagai penjajah terbakar Inderapura saat itu.Pada tahun 101 kesultanan tertua di Nusantara oleh Ibu Ratu Daya Alam Kusumadiningrat Dato 'Seri Saripah Murliani, geliatnya harus dibangkitkan lagi. Harus memahami kendali Kesultanan oleh ahli waris dari silsilah Kesultanan tercantum dalam ranji Inderapura. Pemashuran kaisar diadakan dengan keangkuhan yang tepat dari bermarwah kerajaan, Minggu (1/12), diadakan di Hotel Grand Ina Muara Padang. Tidak kurang dari 20 raja dan sultan sebagai menghadiri penobatan Youdi Prayogo kepulauan, SE, ME Indera Rahimsyah gelar Sultan Daulat Sultan Sultan Muhammad Shah sebagai ke-35 setelah pewaris pemegang ke-34 menjadi pikun, berusia sekitar 99 tahun. Daya alam Kusumadiningrat Ratu mengatakan sudah saatnya kerajaan - kerajaan di Nusantara naik untuk memulihkan martabat dan ketertiban kustom tidak hilang. "Custom adalah hal penting yang harus dipertahankan, jika kebiasaan terkikis karamlah bangsa," katanya kepada wartawan setelah penobatan Sultan Inderapura. Elegan wanita yang mengenakan mahkota bertatahkan berlian itu menjelaskan, kerajaan dan kekaisaran kepulauan yang dari dulu telah berjuang untuk bangsa ini dari cengkeraman penjajah, ini perlu diketahui oleh generasi sekarang orang dalam nilai-nilai tradisional dan budaya yang membawa kerajaan dan kesultanan tetap pengaruh yang kuat untuk kepribadian mereka. "Mengapa tidak, dengan adat dan budaya negara maka anak akan benar anak swasta Indonesia. Karena, kustom membuat mereka memiliki karakter mulia, sopan chic, sopan santun, menghormati orang tua dan jujur," kata Ibu Ratu dalam logat Melayu Malaysia. Selanjutnya Jambi Melayu kerajaan putri asal dan berada di Kerajaan Negeri Sembilan Malaysia menyebutkan, berantakan dihadapi di Indonesia dan di negara lain bukan karena erosi tradisi dan budaya. Korupsi merajalela karena orang tidak jujur ​​dan dapat dipercaya. "Berteriak memberantas korupsi adalah sia - sia," katanya. Ibu Suri juga mengungkapkan kekecewaan terhadap pejabat pemerintah daerah yang tidak datang dalam prosesi pemashuran. Tidak terkecuali Gubernur dan Bupati. "Saya sedih, beratkah untuk datang ke perayaan ini bahwa tidak ada seorang pejabat yang menghadiri hukum kita? Apa yang indah duduk bersama untuk memperbaiki negara. Kami tidak ingin mencocokkan apalagi dimaksudkan untuk menggulingkan pemerintah. Dengan meningkatkan Kesultananmaka kita bersama-sama dapat membangun negara baik secara fisik maupun moral, "katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, kedatangannya juga membawa sejumlah pengusaha dari negara tetangga Malaysia tertarik untuk berinvestasi. Tetapi karena tidak adanya itikad baik sebagai pejabat Ibu Suri tidak mendapatkan respon. "Saya berniat untuk bertemu dengan Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Pesisir Selatan untuk mendiskusikan kemungkinan pengusaha Malaysia untuk berinvestasi di negeri ini," katanya. Sementara Sultan Inderapura baru terungkap dimashurkan, Kesultanan dihidupkan kembali Inderapura merupakan amanat yang saat ini ditempatkan di pundaknya.Dia berjanji untuk 'membangkitkan batang terandam' setelah periode panjang di mana Adat bersendi Syara merosot 'Syara' bersendi Kitabullah telah menjadi usang. "Selain itu, istana telah runtuh Inderapura juga dibangun kembali," kata dosen di IAIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi ini. Dia juga mengungkapkan akan selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Selain menjaga situs - ada juga situs dalam rangka untuk mengembangkan masyarakat untuk menghargai dan memahami sejarah.

 Daftar Raja Inderapura

  1. Sultan Zatullahsyah
  2. Sultan Iskandar Johansyah, putra Zatullahsyah
  3. Sultan Maharaja Alif, putra Hidayatullahsyah
  4. Rajo Tuo, putra Gulumi atau keponakan Iskandar
  5. Sultan Ramadunsyah, anak Raja Tuo
  6. Sultan Bahrunsyah, anak Ramadunsyah
  7. Sultan Tarafal Bahilsyah, anak Bahrunsyah
  8. Tengku Dusi (Reno Jamilan), adik dari Sri Indo Jalito
  9. Sultan Mansursyah, anak Tuno Suli dan Reno Jamilan
  10. Sultan Inayatsyah, anak Reno Tuo dengan Hasan atau keponakan dari Mansursyah.
  11. Sultan Khairullahsyah (Cindurmato), anak Kembang Bandari, cucu dari Gadis Jamilan
  12. Sultan Iskandar Bagagar Alamsyah, anak Hairullahsyah
  13. Sultan Firmansyah, anak Iskandar Bagagar Alamsyah
  14. Sultan Nurmansyah, anak Firmansyah
  15. Sultan Usmansyah, anak Firmansyah
  16. Sultan Muhamadsyah /Mardhu Alam, anak Nurmansyah
  17. Sultan Mohamadsyah (Ngoh –Ngoh), anak Hartini binti Sultan Usmansyah
  18. Sultan Muzafarsyah, anak Sarifah binti Sultan Usmansyah

Periode Kerajaan Indrajati (1100 - 1500 M)

Indrayana, seorang putra mahkota yang melarikan diri dari Sriwijaya karena ia berganti agama menjadi muslim.
  1. Sultan Indrasyah Galomatsyah, putra dari Indrayana
Dinasti Jamalul Alam:
  1. Sultan Sri Maharajo Dirajo Muhyiddinsyah Sultan Muhammadsyah,
  2. Sultan Sri Maharajo Dirajo Alamsyah,
  3. Sri Sultan Firmansyah
  4. Sultan Daulat Alamsyah,
  5. Sultan Usmansyah Sultan Muhammadsyah (Tuanku Berdarah Putih),
  6. Sultan Firmansyah Sultan Mandaro Putih gelar Tuanku Hilang di Parit,
  7. Sri Sultan Muhammadsyah (Marah Muhammad Ali Akbar Sultan Muhammadsyah).
Dinasti lain:
  1. Sultan Iskandar Alam Daulat,
  2. Sultan Alam Mughatsyah, di Aceh ada Mughayatsyah.
  3. Sultan Bagagar Alamsyah.
  4. Sultan Usmansyah Sultan Muhammadsyah,
  5. Sultan Jamal al-Alam Sultan Maradu Alamsyah, kembali memakai gelar Jamalul Alam
  6. Sultan Alidinsyah
  7. Sultan Samejalsyah keturunan Putri Gembalo Intan anak Sultan Alidinsyah raja Indrapura (1513).
  8. Sultan Baridinsyah (1520),
  9. Dang Tuanku Sultan Remendung(1520 - 1524, makamnya di Bukit Selasih Batangkapas.

Periode Kesultanan Inderapura (1500 - 1824 M)

  1. Sultan Iskandar Johan Berdaulatsyah
  2. Sultan Usmansyah Sultan Firmansyah (1534 - 1556),
  3. Sultan Jamalul Alam YDD Sultan Sri Gegar Alamsyah Sultan Muhammadsyah (1560),
  4. Sultan Zamzamsyah Sultan Muhammadsyah , 1600-1635,
  5. Sultan Khairullahsyah Sultan Muhammadsyah (1635-1660),
  6. Sultan Bangun Sri Sultan Gandamsyah,
  7. Sri Sultan Daulat Pesisir Barat,
  8. Sultan Inayatsyah (1640),
  9. Sultan Mazafarsyah (1660-1687),
  10. Marah Amirullah Sultan Firmansyah.
  11. Sultan Muhammad Ali Akbar gelar Raja Adil (1680),
  12. Marah Akhirullah Sultan Muhammadsyah (w.1838). Sesudah ini 2 kali Inderapura dipimpin seorang Ratu
  13. Puti Rekna Candra Dewi.
  14. Puti Rekna Alun (Tuanku Padusi Nan Gepuk),
  15. Sultan Syahirullahsyah Sultan Firmansyah (1688-1707),
  16. Sultan Zamzamsyah Sultan Firmansyah Tuanku Pulang Dari Jawa berhubungan dengan Kesultanan Jogyakarta (1707-1737).
  17. Sultan Indra Rahimsyah Sultan Muhammadsyah Tuanku Pulang Dari Jawa II (1774-1804),
  18. Sultan Inayatsyah Sultan Firmansyah, 1804-1840,
  19. Sultan Muhammad Jayakarma (1818 - 1824)
  20. Sultan Takdir Khalifatullah Inayatsyah,
  21. Periode Regen (1824 - 1911, Zaman Hindia - Belanda)

    Abdul Muthalib Sultan Takdir Khalifatullahsyah (kemudian menajdi regen di Mukomuko, pensiun 1870).
  1. Regen Marah Yahya Ahmadsyah (1825-1857),
  2. Regen Marah Muhammad Arifin (1857-1858),
  3. Regen Marah Muhammad Baki Sultan Firman Syah (1858-1891),
  4. Regen Marah Muhamamd Rusli Sultan Abdullah (1891 - 1911).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar